Pertumbuhan Ekonomi DKI Stabil


JAKARTA, MP - Pertumbuhan ekonomi di Provinsi DKI Jakarta selama bulan November 2009 bergerak stabil. Bahkan membaik dari bulan Oktober 2009 yang mengalami inflasi. Sepanjang November 2009, harga-harga di Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,05 persen lebih tinggi dari deflasi nasional yang mencapai 0,03 persen.

Kendati demikian, sepanjang Januari hingga November 2009, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta mengalami inflasi sebesar 1,82 persen. Angka ini lebih rendah dari laju inflasi nasional yang mencapai 2,45 persen. Sedangkan laju inflasi DKI dari tahun ke tahun mencapai 1,93 persen, juga lebih rendah dari inflasi tahun ke tahun nasional yang mencapai 2,41 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta, Agus Suherman, mengatakan pertumbuhan ekonomi DKI mengalami deflasi merupakan keempat kalinya sepanjang tahun 2009. Yaitu pada Januari 2009 sebesar 0,24 persen, Maret 0,22 persen, April 0,15 persen, dan 0,05 persen pada November 2009. Dengan laju pertumbuhan deflasi itu, Agus optimis hingga akhir tahun laju inflasi di Jakarta diperkirakan kurang dari 2,5 persen.

“Keadaan ekonomi di Jakarta sangat stabil dengan menurunnya harga-harga barang-barang kebutuhan masyarakat. Itu terlihat deflasi pada November dan inflasi tahun 2009 merupakan titik terendah yang dicapai sepanjang tahun,” kata Agus Suherman di BPS DKI, Jakarta, Selasa (1/12).

Terjadinya deflasi di Jakarta selama November 2009 disebabkan oleh turunnya harga-harga pada hampir semua kelompok pengeluaran, terutama untuk kelompok bahan makanan yang mencapai 1,20 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, yakni 0,03 persen. Dari segi komoditi yang memberikan sumbangan deflasi cukup besar antara lain cabai merah besar 0,0680 persen, jeruk 0,0198 persen, daging sapi 0,0113 persen, dan tempe 0,0098 persen. Satu-satunya kelompok pegeluaran yang mengalami inflasi yakni sektor sandang sebesar 1,08 persen, yang mengalami kenaikan harga sepanjang November 2009.

Dia menegaskan jika kondisi Jakarta stabil tanpa adanya gejolak sosial, politik, ataupun terjadinya banjir besar, maka diharapkan inflasi di Jakarta hingga akhir tahun di bawah 2,5%. Pasalnya, menurut Agus, jika terjadi banjir inflasi bisa terpengaruh karena terhambatnya proses distribusi bahan makanan atau produk lainnya yang bisa menimbulkan kenaikan permintaan dan berimbas pada kenaikan harga.

Kendati demikian, Agus memprediksikan pada Desember 2009 harga-harga di Jakarta akan mengalami inflasi atau kenaikan harga meskipun tidak terlalu besar. Beberapa kelompok pengeluaran yang diperkirakan akan naik yakni bahan makanan, dan sandang. “Itu karena adanya even Natal dan tahun baru, tapi diperkirakan tidak naik tinggi tingkat inflasinya,” ungkapnya.

Dia memaparkan dari 66 kota yang diteliti, sebanyak 40 kota mengalami inflasi dan 26 kota mengalami deflasi. Kota yang mengalami inflasi tertinggi dicapai Manado sebesar 1,27 persen dan kota dengan inflasi terendah dialami Cirebon sebesar 0,01 persen. Sedangkan Kota yang tertinggi mengalami deflasi yaitu Singkawang sebesar 1,41 persen dan kota terendah deflasinya yaitu Sukabumi sebesar 0,01 persen. “Kota Jakarta menempati urutan terendah keempat dari seluruh kota yang mengalami deflasi,” paparnya. (red/*bj)


Posted by putu | di 11.21

0 komentar:

Posting Komentar